Muhammad Aminuddin - detikSport
Minggu, 31/05/2015 15:32 WIB
Jakarta - Pro kontra terus mengalir pasca
jatuhnya sanksi FIFA kepada federasi sepakbola Indonesia. Bagi yang pro,
pembekuan ini dinilai merupakan babak baru dalam upaya perbaikan
sepakbola nasional.
Ketua Tim Kerja Monitoring Persiapan Asian
Games 2018 Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Syaifuddin Munis
mengatakan, sanksi FIFA sangat mengejutkan publik dan pecinta bola
tanah air.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa kebijakan Menpora,
yang dipandang publik sangat kontroversial, justru mendapatkan dukungan
penuh dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan juga sebagian kalangan
masyarakat sepakbola tanah air.
"Presiden Joko Widodo sangat
mendukung penuh kebijakan Menpora untuk pembenahan sepakbola dan
pembentukan tim transisi untuk terus melakukan pembenahan total pada
sistem tata kelola sepak bola Indonesia," ujar Saifuddin kepada wartawan
di Malang, Minggu (31/5/2015).
"Karenanya, bagaimana pembekuan
dan jatuhnya sanksi FIFA terhadap PSSI itu bisa dijadikan momentum babak
baru untuk membenahi sistem tata kelola sepakbola Indonesia yang lebih
profesiobal dan berkualitas," tambahnya.
Momentum tersebut,
jelasnya, harus diapresiasi oleh seluruh publik sepakbola tanah air
supaya reformasi sepakbola bisa secepatnya bergulir.
[Baca: Tak Persoalkan Pembekuan PSSI, Jokowi: Sepakbola Harus Direformasi Total]
"Bergulirnya
sistem kompetisi harus dilakukan secara sistematis dan menyentuh semua
level pembinaa, mulai dari pembinaan kompetisi amatir antarkampung atau
desa, antarsiswa, antarkampus di Perguruan Tinggi, antarkomunitas pemuda
profesi, hingga pembinaan klub-klub profesional yang menjadi tumpuan
kehidupan bagi para atlet sepakbola berprestasi," papar Syaifuddin.
Untuk
mencapai sepakbola yang terbaik, kata dia, harus dilakukan dengan baik
dan bebas dari konflik masa lalu serta terhindar dari ancaman dunia
mafia atau perjudian di dunia sepak bola.
"Masyarakat sepakbola
harus mengapresiasi kebijakan Menpora dan dukungan tegas Presiden Jokowi
yang sudah memberikan kepastian untuk pembenahan total sistem tata
kelola sepakbola baru Indonesia," sahutnya.
Lebih jauh Syaifuddin
menegaskan, kebijakan pembekuan PSSI dan pembentukan Tim Transisi oleh
Kemenpora merupakan pintu positif bagi momentum ruang ekspresi rakyat
dan publik pecinta sepakbola, yang sudah lama kesal, jenuh dan
merindukan prestasi sepak bola Indonesia.
"Rakyat Indonesia harus
optimistis bahwa sepakbola Indonesia jika dikelola secara baik, benar
dan profesional, tim merah putih akan meraih prestasi di level dunia.
Tapi upaya itu jelas tidak instan. Semoga tim merah putih nantinya, bisa
berprestasi seperi ketika Timnas PPD tahun 1986 yang sempat menjuarai
Grup A di level Asia, juara piala kemerdekaan tahun 1987, juara SEA
Games tahun 1987 di Jakarta dan di SEA Games Manila tahun 1991,"
terangnya.
Ditambahkan, untuk level amatir, satu kesebelasan
pelajar Indonesia juga pernah meraih juara Asia 2 kali pada tahun 1985
dan tahun 1987 dibawah pelatih Bockard Pape dari Jerman dan kapten Frans
Sinatra Howae.
"Yang jelas, sepakbola bukan milik segelintir
orang. Tapi milik bangsa Indonesia, milik rakyat Indonesia. Kalau sistem
tata kelola yang dirancang oleh tim transisi dan di bawah pembinaan
Kemenpora sudah berjalan aktif dan normal, kita optimistos pemerintah
pasti akan melakukan komunikasi yang lebih fresh dan lebih progres
dengan AFF, AFC dan FIFA. Rakyat Indonesia tak harus kecewa dan terlena
tanpa semangat untuk memperbaiki sepak bola Indonesia. Saatnya menuju
babak baru sepakbola Indonesia yang lebih baik," tutupnya.
sumber: http://sport.detik.com